Thursday, November 29, 2007

Sejarah Gereja Indonesia

Di Indonesia, orang pertama yang menjadi Katolik adalah orang Maluku pada tahun 1534. Ketika itu pelaut-pelaut Portugis baru menemukan pulau-pulau rempah itu dan bersamaan dengan para pedagang dan serdadu-serdadu, para imam Katolik juga datang untuk menyebarkan Injil. Salah satu pendatang di Indonesia itu adalah Santo Fransikus Xaverius, yang pada tahun 1546 sampai 1547 datang mengunjungi pulau Ambon, Saparua dan Ternate. Ia juga membaptis beberapa ribu penduduk setempat. Mereka melakukan pesan perutusan Yesus,”Pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus” (Mat 28:19).

Kemudian datanglah serikat niaga VOC dari Belanda yang akhirnya mengambil alih kekuasaan politik di Indonesia. Para penguasa VOC beragama Protestan, maka mereka mengusir imam-imam Katolik yang berkebangsaan Portugis dan menggantikan mereka dengan pendeta-pendeta Protestan dari Belanda. Banyak umat Katolik yang kemudian menjadi Protestan saat itu. Kedatangan VOC juga bertentangan dengan sultan-sultan di daerah itu yang baru menganut Islam, sehingga banyak terjadi pertumpahan darah demi agama masing-masing. Akan tetapi pertentangan-pertentangan tersebut sebenarnya berasal dari kepentingan-kepentingan politik dan ekonomi - dan agama diikutsertakan. Dengan demikian, arti agama yang sebenarnya akhirnya dikacaukan oleh kepentingan-kepentingan ini.

Di pulau Flores dan Timor, pengijilan dilakukan pada tahun 1555. Perkembangan Katolik di pulau-pulau itu cukup pesat, karena orang Belanda kurang menaruhperhatian pada pulau-pulau tersebut saat itu. Pada tahun 1799 VOC bangkrut dan dinyatakan bubar. Gubernur Jendral Daendels (1808-1811) menggantikan peran mereka dengan pemerintah Hindia Belanda. Kebebasan beragama kemudian diberlakukan, walaupun agama Katolik saat itu agak dipersukar. Imam saat itu hanya 5 orang untuk memelihara umat sebanyak 9.000 orang yang hidup berjauhan satu sama lainnya. Akan tetapi pada tahun 1889, kondisi ini membaik, dimana ada 50 orang imam di Indonesia. Di daerah Yogyakarta, misi Katolik dilarang sampai tahun 1891. Misi Katolik di daerah ini diawali oleh Pastor F. van Lith, SJ yang datang ke Muntilan pada tahun 1896. Pada awalnya usahanya tidak membuahkan hasil yang memuaskan, akan tetapi pada tahun 1904 tiba-tiba 4 orang kepala desa dari daerah Kalibawang datang ke rumah Romo dan mereka minta untuk diberi pelajaran agama. Sehingga pada tanggl 15 Desember 1904, rombongan pertama orang Jawa berjumlah 168 orang dibaptis di sebuah mata air Semagung yang terletak diantara dua batang pohon “sono”. Tempat bersejarah ini sekarang menjadi tempat ziarah Sendangsono.

Romo van Lith juga mendirikan sekolah guru di Muntilan yaitu Normmlschool di tahun 1900 dan Kweekschool di tahun 1904. Hampir semua murid-muridnya menjadi Katolik dan banyak dari mereka yang menjadi rasul-rasul, menyambaikan Injil Kristus ke berbagai belahan Nusantara. Pada tahun 1918 sekolah-sekolah Katolik dikumpulkan dalam satu yayasan, yaitu Yayasan Kanisius. Para imam dan Uskup pertama di Indonesia adalah bekas siswa Muntilan. Pada permulaan abad ke-20 gereja Katolik berkembang pesat. Bahkan banyak diantara pahlawan-pahlawan nasional yang beragama Katolik, seperti A. Adisucipto (1947), I. Slamet Riyadi (195) dan Yos Sudarso (1961).

Uskup Indonesia yang pertama ditahbiskan adalah Romo Agung albertus Sugiyopranoto pada tahun 1940. Kardinal pertama di Indonesia adalah Justinus kardinal Darmojuwono diangkat pada tanggal 29 Juni 1967. Gereja Katolik Indonesia aktif dalam kehidupan gereja Katolik dunia. Uskup Indonesia mengambil bagian dalam Konsili Vatikan II (1962-1965).

Umat Katolik di Indonesia harus terus terbuka bagi tuntuan Allah dan menjadi “garam dunia”. Dengan demikian umat Katolik harus terus memperdalam dan memperkokoh imannya.





Sumber : www.katolik.net

No comments: